BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan
merupakan suatu proses belajar terus menerus dilakukan manusia untuk
menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat karena itu murid harus
benar-benar dilatih, dibiasakan berpikir secara mandiri, dan untuk membentuk
individu yang berkesadaran sosial dan susila atau membentuk pribadi yang
bermoral. Tujuan pendidikan ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang
ditegaskan dalam Undang–undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (2011: 8) yang mengatakan bahwa:
Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Kegiatan belajar yang bersifat
formal merupakan kegiatan yang paling pokok yang terarah pada tujuan tertentu.
Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik.
Keberadaan sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal tidak terlepas dari peran guru sebagai pendidik.
Sebagai pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap
upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap ada inovasi pendidikan, khususnya
dalam pengelolaan kelas sebagai upaya meningkatkan sumber daya manusia yang
dihasilkan dari pendidikan formal selalu pada faktor guru. Demikian juga dalam
upaya membelajarkan murid, guru dituntut memiliki multi peran sehingga mampu
menciptakan strategi pengelolaan kelas dalam mengembangkan efektivitas belajar.
Pada saat pembelajaran matematika persoalan yang
muncul adalah metode yang sesuai digunakan
guru sehingga materi pembelajaran matematika dapat lebih mudah dimengerti, dipahami, dan dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Namun, ada pula sebagian
guru yang telah memahami konsep pengelolaan strategi belajar mengajar yang mampu meningkatkan hasil belajar
murid tetapi tidak mampu menerapkannya di kelas sehingga seorang guru
tidak dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi dan situasi belajar mengajar
yang efektif sehingga dapat berakibat rendahnya
hasil belajar murid pada mata pelajaran matematika pada tingkat sekolah dasar.
Terkait
dengan hal tersebut, tujuan
pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah untuk menumbuhkan dan
mengembangkan keterampilan berhitung, menumbuhkan kemampuan murid yang dapat
dialih gunakan melalui kegiatan matematika, dan mengembangkan pengetahuan dasar
matematika sebagai bekal melanjutkan ke SLTP, serta membuat sikap logis,
kritis, cermat dan disiplin (Depdikbud, 1994). Dengan demikian pembelajaran
matematika perlu dirancang, dikelolah dan dilaksanakan dengan menggunakan
berbagai pembelajaran dan metode mengajar yang sesuai dengan perkembangan murid
sekolah dasar, dalam mengkongkritkan objek matematika yang abstrak guru perlu
menguasai berbagai metode dan pembelajaran dalam mengajar matematika serta
dapat mengaplikasikannya dengan baik, sehingga konsep-konsep dan
prinsip-prinsip matematika dapat dikuasai oleh murid sekolah dasar. Melalui
metode dan pembelajaran yang telah dikuasai oleh guru tersebut maka guru dapat
menciptakan lingkungan belajar yang yang efektif dan efisien dalam pembelajaran
matematika.
Peningkatan mutu pendidikan
sangat ditentukan oleh guru sebagai pendidik dalam pencapaian tujuan pendidikan
yang diharapkan, dengan kata
lain guru menempati titik sentral pendidikan. Agar guru mampu menunaikan
tugasnya dengan baik, maka terlebih dahulu harus memahami hal-hal yang
berhubungan dengan proses belajar mengajar seperti halnya proses pendidikan
pada umumnya. Dengan demikian peranan guru yang sangat penting adalah
mengaktifkan dan mengefisienkan proses belajar di sekolah termasuk di dalamnya penggunaan
metode mengajar yang sesuai.
Berdasarkan pengalaman yang didapatkan pada saat Program Pengalaman
Lapangan (PPL) awal bulan Oktober sampai Desember 2012 dan pada tanggal 7
Januari 2013, diperoleh data pada hasil Ujian Akhir Semester di kelas V
Al-Khofidzhu Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 34 Kota Makassar masih rendah yaitu hanya
52% murid yang dikategorikan mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
matematika (70,00), sedangkan target kurikulum adalah 85% secara klasikal.
Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu guru
belum memvariasikan berbagai metode dalam proses pembelajaran meskipun guru
memberikan penugasan kepada murid, namun hanya sebatas mengerjakan soal saja
serta guru juga kurang memperhatikan tahap-tahap penyajian suatu konsep
matematika di sekolah dasar.
Setelah melakukan observasi dengan murid di kelas tersebut, ditemukan
bahwa banyak murid kurang aktif atau acuh dalam mengikuti pelajaran matematika,
malas mengerjakan tugas, dan kurang bersemangat bahkan menganggap metematika
adalah mata pelajaran yang paling sulit dibanding mata pelajaran yang lain. Oleh
karena itu, perlu pembelajaran dengan menerapkan metode resitasi untuk
mengatasi kesulitan belajar matematika murid. Penggunaan metode mengajar yang tepat, merupakan suatu alternatif mengatasi
masalah rendahnya daya serap murid terhadap pelajaran matematika, guna meningkatkan
mutu pengajaran. Penerapan suatu metode pengajaran harus ditinjau dari segi
keefektifan, keefesienan serta kecocokannya dengan karakteristik materi pelajaran serta keadaan murid
yang meliputi kemampuan, kecepatan belajar, minat, waktu yang dimiliki, dan keadaan sosial ekonomi murid sebagai
obyek. Sesuai yang dikatakan oleh Roestiyah (2008: 2) bahwa:
Setiap jenis metode pengajaran harus
sesuai atau tepat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi untuk tujuan yang
berbeda guru harus mengadakan teknik penyajian yang berbeda sekaligus untuk
mencapai tujuan pengajarannya.
Pembelajaran dengan metode
mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan akan meningkatkan motivasi
belajar murid. Sebagai contoh adalah pemberian tugas pada setiap akhir pelajaran
dengan harapan aktifitas belajar murid dapat ditingkatkan, sehingga prestasi
belajar murid dapat pula meningkat. Sesuai dengan pendapat Yuliawan (2008) bahwa pemberian tugas pada setiap pertemuan mempengaruhi hasil belajar murid.
Dengan demikian tugas setiap pertemuan menyebabkan murid termotivasi dalam
belajar, disamping itu murid lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Pada peningkatan hasil belajar murid bukan hanya peran guru yang
dibutuhkan tetapi murid sendirilah yang dituntut peran aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu hal yang penting dimiliki
oleh murid dalam meningkatkan prestasi belajarnya adalah penguasaan bahan
pelajaran. Murid yang kurang mengusai bahan pelajaran akan mempunyai nilai yang
lebih rendah bila dibandingkan dengan murid yang lebih mengusai bahan
pelajaran. Untuk menguasai bahan pelajaran maka dituntut adanya aktifitas dari
murid yang bukan hanya sekedar mengingat, tetapi lebih dari itu yakni memahami,
mengaplikasikan, dan mengevaluasi bahan pelajaran.
Metode yang diterapkan dalam
melibatkan murid secara aktif, guna menunjang kelancaran proses belajar
mengajar adalah menggunakan metode resitasi. Metode resitasi diberikan
karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar
bahan pelajaran selesai sesuai batas waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang tepat guru
gunakan untuk mengatasinya. Menurut Sudjana (2002: 82) “dalam metode
resitasi diharapkan mampu memancing keaktifan murid dalam proses belajar
mengajar. Hal ini disebabkan karena murid dituntut untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan guru dan harus dipertanggungjawabkan”.
Keberhasilan proses pembelajaran di samping tugas guru, maka murid turut
memegang peranan yang menentukan dalam pencapaian tujuan pendidikan. Sebab bagaimanapun baiknya penyajian guru terhadap materi
pelajaran, akan tetapi murid tidak mempunyai perhatian dalam hal belajar maka
apa yang diharapkan sukar tercapai.
Slameto (1990: 88) mengemukakan bahwa:
Agar murid berhasil dalam belajarnya, perlulah
mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu mencakup mengerjakan PR,
menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, tes/ulangan
harian, ulangan umum dan ujian.
Diharapkan bila guru telah memberikan tugas pada murid, hari berikutnya harus dicek apakah sudah
dikerjakan atau belum. Kemudian perlu dievaluasi, karena akan memberi motivasi belajar murid.
Perlu disadari bahwa yang
diharapkan oleh guru terhadap muridnya adalah bahan pelajaran yang diterima murid
dapat dikuasainya dengan baik. Olehnya itu, maka salah satu cara yang ditempuh
adalah tugas yang diberikan oleh guru tidak hanya dikerjakan di kelas yang
sempit dan terbatas oleh waktu, akan tetapi perlu dilanjutkan di rumah, di
perpustakaan, di laboratorium dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan uraian tersebut,
maka peneliti terdorong untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Metode
Resitasi Pada Murid Kelas V Al-Khofidzhu Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 34 Kota
Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan
hasil belajar matematika melalui penerapan metode resitasi pada murid kelas V Al-Khofidzhu
Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 34 Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan peningkatan hasil belajar matematika melalui penerapan metode
resitasi pada murid kelas V Al-Khofidzhu Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 34 Kota
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis
maupun praktis.
1.
Manfaat
Teoretis
Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a.
Bagi akademisi, proses penelitian ini dapat menjadi
rujukan dalam pengembangan materi dalam suatu pembelajaran dan uji
implementasinya, sedangkan hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam usaha peningkatan mutu dan hasil belajar matematika.
b.
Bagi peneliti lain, proses dan hasil penelitian ini
dapat dijadikan bahan kajian, rujukan, atau pembanding bagi penelitian yang
sedang atau yang akan dilakukan.
2.
Manfaat
Praktis
a.
Bagi
peneliti, diharapkan dapat
memperoleh pengalaman langsung dalam mengajar menggunakan metode
resitasi.
b.
Bagi guru,
sebagai alternatif dalam proses belajar mengajar serta untuk mendorong
para guru lebih inovatif dan kreatif dalam menyelenggarakan proses pembelajaran
di kelas.
c.
Bagi sekolah, diharapkan memperoleh sumbangan inovasi
pembelajaran yang secara operasional cocok dan relevan dengan nuansa
pembelajaran yang diinginkan. Inovasi ini tidak hanya menyangkut metodenya
tetapi juga meliputi perangkat pembelajarannya.
bab i skripsi hetti